Beli Kripto
Market
Perdagangan
Futures
Finansial
Promosi
Selengkapnya
Zona Pemula
Masuk
Pembaruan Industri

Market Kripto Crash 2025? Lakukan 10 Strategi Ini Agar Tetap Cuan!

2025-02-12 09:38:00

Market kripto crash 2025 dengan volatilitas ekstremnya resmi mengguncang investor. Fear and Greed Index di Coinmarketcap beberapa waktu sempat berada di skor 35 berkali-kali yang menunjukkan situasi fear yang mencerminkan kepanikan pelaku market. Memahami penyebab dan menerapkan strategi mitigasi adalah kunci menghadapi kondisi ini. Dengan langkah yang tepat, kejatuhan market dapat menjadi peluang besar bagi investor yang siap.

Market Kripto Crash 2025

Volatilitas tinggi adalah karakter khas dari market kripto. Naik turun harga secara cepat memang tak dapat dihindari.

Market kripto global tengah mengalami guncangan besar di awal 2025, mencerminkan ketidakpastian yang mengguncang investor. Berdasarkan data CoinMarketCap, kapitalisasi market kripto global yang sempat mencapai puncak tertinggi sepanjang masa pada 17 Desember 2024 di angka US$3,72 triliun, kini bergerak dalam tren penurunan yang cukup signifikan. Saat itu, Bitcoin (BTC) untuk pertama kalinya berhasil menembus zona psikologis US$100.000, mendorong euforia market ke titik tertingginya.

Namun, lonjakan ini singkat. Pada 20 Januari 2025, kapitalisasi market turun menjadi US$3,7 triliun, lalu anjlok lebih jauh ke US$3,14 triliun pada 13 Januari. Keadaan semakin memburuk ketika pada 3 Februari 2025, kapitalisasi market anjlok ke US$2,99 triliun, turun sebesar US$710 miliar dari puncaknya di Desember 2024. Ini menjadi penurunan terbesar dalam rentang kurang dari dua bulan, mencerminkan meningkatnya aksi jual yang agresif di seluruh aset kripto yang sulit untuk tidak menafsirkan market kripto crash pada tahun 2025.

Meskipun ada sedikit pemulihan, ketika artikel ini ditulis pada 10 Februari 2025, kapitalisasi market kripto global hanya mampu naik kembali ke US$3,18 triliun. Artinya, dibandingkan dengan posisi 3 Februari, market berhasil pulih sebesar US$190 miliar. Namun, angka ini masih lebih rendah US$540 miliar dibandingkan puncaknya pada 17 Desember 2024, menunjukkan tekanan jual masih mendominasi.

Bitcoin (BTC), sebagai aset kripto terbesar, hanya mampu mencatat pertumbuhan 3,81 persen dalam 30 hari terakhir. Per 10 Februari 2025, BTC diperdagangkan di US$97.800, masih tertinggal US$11.200 dari rekor tertingginya di US$109.000 yang terjadi pada 20 Januari 2025.

Sementara itu, Ethereum (ETH) mengalami koreksi lebih dalam. Harga ETH yang sempat menyentuh US$3.400 pada 31 Januari 2025, kini turun drastis menjadi US$2.647,53 per 10 Februari 2025. Dalam sebulan terakhir, ETH telah kehilangan sekitar US$752,47 per unit, atau mengalami penurunan 18,16 persen.

Di sisi lain, meme coin terkena dampak lebih besar dari kejatuhan market. Dogecoin (DOGE), yang sebelumnya dikenal sebagai aset spekulatif dengan pergerakan volatil, mengalami penurunan hingga 23,9 persen dalam 30 hari terakhir. Nasib lebih buruk dialami oleh PEPE, yang berada di peringkat ketiga dalam kategori meme coin. Dalam periode yang sama, PEPE anjlok 45 persen, dengan nilai kapitalisasi market yang kini tersisa di kisaran US$4 miliar.

Kondisi ini mencerminkan kejatuhan besar di market kripto, di mana optimisme yang sempat mencapai puncaknya di akhir 2024 kini berganti menjadi kekhawatiran, di tengah market kripto crash 2025. Dengan volatilitas tinggi yang masih terjadi, investor terus mencermati apakah ini hanyalah koreksi sementara atau awal dari tren bearish yang lebih panjang. Di tengah tekanan market ini, apa yang bisa dilakukan investor?

10 Strategi Jitu Hadapi Market Kripto Crash

Nah, di tengah situasi yang genting ini, ada 10 kiat yang bisa dijalankan oleh pelaku market.

1. Jangan Panik Berlebihan, Tetap Tenang, dan Kendalikan Emosi

Memang tak semua orang bisa menjual di harga teroptimal di harga tertinggi market. Nah, lazimnya, ketika market kripto mengalami kejatuhan drastis, banyak investor panik dan terburu-buru menjual aset mereka di harga rendah. Di sini, sikap tenang dan tidak panik berlebihan sangat penting untuk menghindari keputusan emosional yang merugikan. Evaluasilah kondisi market sebelum mengambil langkah selanjutnya.

2. Pahami Faktor Pemicu Crash, Siklus dan Data Historis

Market kripto tidak jatuh tanpa alasan dan kita tak pernah tahu pasti pada penyebabnya. Namun ada faktor-faktor umum di baliknya, seperti regulasi ketat dari berbagai negara, kebijakan moneter global atau dari negara tertentu, atau likuidasi besar-besaran oleh institusi sering kali menjadi pemicu utama. 

Salah satu faktor mencolok adalah kebijakan tarif dari AS (kendati ada penundaan sementara terhadap beberapa negara). Secara makro ini bisa memperkuat nilai dolar di market global dan memberikan sentimen negatif kepada market kripto yang dikenal berisiko.

Satu lagi, bank sentral AS alias The Fed memberikan tanda bahwa pemangkasan suku bunga di tahun 2025 tidak sebanyak di tahun 2024. Dan lagi dari Gedung Putih dikabarkan masih akan mempertimbangkan untuk melaksanakan rencana menjadikan Bitcoin sebagai cadangan strategis nasional. Mengetahui penyebabnya akan membantu investor dalam menyusun strategi yang lebih baik.

Menjelaskan situasi ini juga dapat menggunakan data siklus price action terkait halving dan data historis return bulanan dari CoinGlass.

Berdasarkan data dari CoinGlass, diakses pada akhir Januari 2025, bulan Januari cenderung mencatat return lebih rendah, rata-rata 3,73 persen, sebagai fase pemulihan setelah volatilitas akhir tahun. Market relatif stabil, dengan investor mulai memposisikan diri, meski tekanan jual dapat memicu pelemahan. Februari menunjukkan rebound kuat dengan rata-rata return 15,66 persen, didorong oleh optimisme market dan peningkatan likuiditas. Pola ini relevan dalam strategi akumulasi di Januari dan profit-taking di Februari, meskipun volatilitas tetap perlu diantisipasi. Berkaca pada data itu pula return bulanan Bitcoin cenderung melemah usai Februari hingga Juni. Usai itu perlahan beranjak naik mulai Juli, lalu mencetak return besar di Oktober dan November.

Koreksi harga Bitcoin dalam beberapa pekan terakhir dapat dikaitkan pula dengan pola historis aksi ambil untung pasca halving. Indikator Bitcoin Halving Cycle Profit yang dikembangkan oleh Kevin Svenson menunjukkan bahwa periode aksi profit-taking optimal terjadi sekitar 40 minggu setelah halving, yaitu pada 24 Januari 2025. 

Pada periode ini, tekanan jual sering meningkat karena harga Bitcoin biasanya telah mencapai titik menguntungkan dalam siklusnya. Periode terakhir untuk aksi ambil untung diperkirakan terjadi 80 minggu setelah halving, yakni 11 Oktober 2025, sebelum potensi penurunan signifikan memasuki fase bearish.

Untuk akumulasi kembali menggunakan metode Dollar-Cost Averaging, indikator mengarah pada 125 minggu setelah halving, atau sekitar 30 Oktober 2026, ketika market telah memasuki fase konsolidasi. Siklus ini menunjukkan bahwa market kripto yang mengalami koreksi dapat menjadi peluang strategis bagi investor untuk mengoptimalkan waktu masuk dan keluar berdasarkan pola historis pergerakan Bitcoin.

3. Alihkan Dana ke Stablecoin

Strategi lain yang disarankan adalah dengan memindahkan sebagian portofolio ke stablecoin seperti USDT, USDC, atau DAI dapat membantu mengurangi dampak volatilitas. Stablecoin memberikan fleksibilitas lebih dalam menentukan waktu terbaik untuk kembali membeli aset kripto.

4. Gunakan Strategi Dollar-Cost Averaging (DCA)

DCA adalah strategi investasi dengan cara membeli aset dalam jumlah tetap secara berkala, tanpa memperdulikan harga saat itu. Pendekatan ini mengurangi risiko membeli di harga puncak dan memaksimalkan akumulasi aset selama market turun. Cara ini ibarat menabung secara rutin dan tetap dalam periode tertentu.

5. Hindari Leverage Berlebihan

Ketika market kripto di market spot cenderung melemah, di market derivatif, koreksi dalam justru dapat digunakan untuk mencetak profit. Nah, di sinilah ada fitur leverage memungkinkan investor memperbesar potensi keuntungan, tetapi juga meningkatkan risiko likuidasi. Saat market kripto crash 2025 terjadi, posisi leverage tinggi bisa menghapus seluruh modal dalam hitungan jam. Oleh sebab itu, gunakan leverage dengan sangat hati-hati dan bijaksana, pasalnya instrumen keuangan seperti ini hanya dapat dilakukan oleh pelaku market yang profesional dan sangat menguasai analisis teknikal.

6. Simpan Sebagian Aset di Wallet Pribadi

Tak ada salahnya untuk mengamankan sebagian aset kripto di cold wallet seperti Ledger atau Trezor dapat memberikan perlindungan maksimal terhadap potensi kehilangan dana. Sebagian dari aset Anda tetap berada di crypto exchange seperti di CoinEX untuk kebutuhan trading.

7. Pantau Pergerakan Whale dan Institusi

Investor besar sering kali memiliki informasi lebih cepat dan mampu menggerakkan harga market. Melacak transaksi whale melalui data blockchain seperti Lookonchain ini dapat memberikan indikasi penting mengenai tren pergerakan harga selanjutnya.

8. Perbarui Informasi dengan Sumber Terpercaya

Berita dan analisis market dari sumber terpercaya seperti dari CoinEx Research, 10x Research atau VanEck dapat membantu investor mengambil keputusan yang lebih rasional. Mengikuti perkembangan regulasi dan sentimen market juga sangat penting.

9. Terapkan Manajemen Risiko yang Ketat

Menentukan cut-loss dan take-profit sejak awal dapat menghindarkan investor dari keputusan impulsif. Stop-loss dan trailing stop bisa digunakan untuk melindungi modal serta mengamankan keuntungan.

10. Manfaatkan Peluang Akumulasi

Dan terakhir, di balik setiap crash, ada peluang besar. Aset berkualitas seperti Bitcoin dan Ethereum sering kali mengalami penurunan harga signifikan sebelum kembali naik lebih tinggi. Investor yang siap dapat memanfaatkan momen ini untuk melakukan akumulasi.

Potensi Crash di Tahun 2026, Usai Puncak Siklus di Tahun 2025

Merujuk pada pendapat analis lain, prediksi Bitcoin akan mengalami crash besar pada tahun 2026 semakin kuat seiring mendekati puncak harga dalam siklus halving. Xanrox, pengguna TradingView, memperkirakan harga BTC bisa turun hingga US$50 ribu setelah sebelumnya mencapai puncak sekitar US$125 ribu pada Februari atau November 2025.

Ia mencatat bahwa secara historis, Bitcoin mengalami koreksi besar setiap empat tahun, dengan penurunan 86 hingga 77 persen, tetapi kali ini diperkirakan hanya sekitar 65 persen karena keterlibatan institusi yang lebih besar.

Sebelum jatuh, BTC diprediksi akan melewati beberapa level penting, termasuk US$105.544, US$110.342, dan US$118.109, dengan kemungkinan mencapai US$125 ribu sebelum memasuki fase koreksi besar pada 2026. Meskipun tren saat ini bullish, investor diimbau untuk mempertimbangkan risiko koreksi besar sebagai bagian dari siklus market Bitcoin.

Ringkasnya, ingatlah market kripto crash 2025 membawa tantangan besar sekaligus peluang bagi investor dengan volatilitas tinggi yang mencerminkan ketidakpastian market. 

Meskipun kapitalisasi market sempat mencapai puncaknya pada akhir 2024, tekanan jual yang kuat mengakibatkan penurunan signifikan, memperkuat ketakutan di kalangan pelaku market. 

Namun, sejarah menunjukkan bahwa setiap kejatuhan menghadirkan peluang bagi mereka yang memiliki strategi matang. 

Dengan memahami faktor pemicu, menerapkan strategi mitigasi risiko seperti dollar-cost averaging dan diversifikasi portofolio, serta mengandalkan analisis berbasis data, investor dapat bertahan bahkan mengambil keuntungan di tengah ketidakpastian.

Sebelumnya
Memahami TD Sequential: Indikator Kuat untuk Mengenali Pembalikan Tren
Selanjutnya
Dapetin APY Tinggi di BERA/USDT dengan CoinEx AMM