Beli Kripto
Market
Perdagangan
Futures
Finansial
Promosi
Selengkapnya
Zona Pemula
Masuk

Begini Inflasi AS Bisa Berdampak Buruk pada Bitcoin

2025-02-14 10:01:00

Kombinasi inflasi AS yang tinggi dengan suku bunga yang ditahan bisa berdampak buruk pada harga Bitcoin. Data terbaru menjadi bukti kuat. Dan lantas adakah secuil harapan bisa naik lagi?

Ketika Inflasi Menggila, Bitcoin Kena Imbasnya  

Kenaikan inflasi di Amerika Serikat kembali mengguncang market keuangan global, termasuk Bitcoin yang mengalami penurunan tajam dalam hitungan menit. Data terbaru pada Rabu (12/2/2025) menunjukkan bahwa indeks harga konsumen (CPI) AS naik 3% secara tahunan (YoY), lebih tinggi dari ekspektasi 2,9%, sementara CPI inti meningkat 3,3% lebih tinggi daripada harapan market sekitar 3,1%.  

Kabar ini langsung memicu reaksi di market. Bitcoin yang sebelumnya berada di sekitar US$96.500 pada Rabu malam, anjlok ke US$94.000 dalam kurang dari 30 menit setelah laporan inflasi itu dirilis. Penurunan ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa kebijakan moneter ketat akan bertahan lebih lama dari perkiraan sebelumnya.

Merujuk data dari Trading Economics, Indeks Harga Konsumen (CPI) di Amerika Serikat diperkirakan mencapai 321,39 poin pada akhir kuartal 2025 ini. Dalam jangka panjang, CPI AS diprediksi akan naik ke sekitar 330,94 poin pada 2026 dan 338,55 poin pada 2027. Ini jelas adalah tren naik.

Jikalau itu kelak benar terjadi, dan tak ada sikap dovish dari The Fed, bakal bisa menciptakan tekanan lebih lanjut terhadap market Bitcoin dan market kripto secara umum.

Jika kita selaraskan dengan perkiraan, inflasi bisa kembali ke 2,90 persen pada akhir kuartal ini dari saat ini Januari 2025 berada di kisaran 3 persen. Besaran pada Januari ini bisa menjadi puncak dan menurun mulai Maret 2025 hingga November 2025. Ini sekaligus menjadi salah satu penanda kuat The Fed akan memangkas suku bunga secepatnya.

Dalam jangka panjang, model ekonometrik TradingEconomics memperkirakan inflasi akan turun ke sekitar 2,40 persen pada 2026 dan 2,30 persen pada 2027.

The Fed: Suku Bunga Tinggi Bertahan Lebih Lama  

Bayangkan perekonomian seperti seorang pendaki gunung yang membawa beban berat. Inflasi tinggi adalah tanjakan curam yang membuat pendakian semakin sulit, dan suku bunga tinggi adalah ransel yang menambah beban. Jika tanjakan terus menanjak (inflasi tetap tinggi), The Fed tidak akan melepas ransel tersebut (suku bunga tetap tinggi).  

Sebelum laporan inflasi ini keluar, The Fed sudah menyatakan bahwa mereka tidak akan memangkas suku bunga seperti sepanjang tahun 2024, dan bahkan di 2025, kemungkinan besar hanya akan ada dua kali pemangkasan suku bunga. Dengan kata lain, kebijakan moneter ketat akan tetap berlangsung lebih lama, membuat aset spekulatif seperti Bitcoin kurang menarik dibandingkan aset berbunga tetap seperti obligasi.  

Kombinasi antara inflasi tinggi dan pernyataan hawkish dari The Fed ini menciptakan tekanan besar bagi market kripto. Bitcoin yang sebelumnya masih berusaha bertahan di level tinggi langsung mengalami aksi jual besar-besaran.

Namun demikian, berdasarkan prediksi dari Trading Economics, suku bunga acuan di Amerika Serikat diperkirakan tetap di 4,50% hingga akhir kuartal 2025 ini. Di titik ini, market, berdasarkan data dari CME berharap hal serupa. Namun, dalam jangka panjang, suku bunga diproyeksikan akan turun ke sekitar 3,50% pada 2026. Ini bermakna ada peluang suku bunga akan lebih rendah daripada saat ini, menurun secara bertahap. Ini bisa memberikan angin segar di masa depan.

Dolar Kuat, Bitcoin Melemah  

Salah satu dampak utama dari inflasi tinggi dan kebijakan suku bunga ketat adalah penguatan dolar AS. Ketika The Fed mempertahankan suku bunga tinggi, investor global lebih memilih menyimpan aset dalam dolar dibandingkan Bitcoin atau saham teknologi.  

Analogi sederhana seperti ini, bayangkan ada dua pilihan investasi. Satu memberikan bunga stabil dan aman (obligasi dalam dolar AS), sementara yang lain menawarkan volatilitas tinggi dengan potensi keuntungan besar namun risiko lebih tinggi (Bitcoin). Dalam kondisi ekonomi yang tidak pasti, investor cenderung memilih yang lebih aman.  

Hal ini terlihat jelas dari bagaimana market bereaksi setelah laporan inflasi dirilis. Begitu inflasi AS lebih tinggi dari perkiraan, spekulasi meningkat bahwa The Fed akan semakin ketat dalam kebijakan moneternya. Akibatnya, dolar menguat dan Bitcoin jatuh dalam waktu singkat.  

DXY (indeks dolar) naik 0,3854 atau 0,36% ke 108,3484 pada Rabu, 12 Februari 2025, dari 107,9630 pada sesi perdagangan sebelumnya. Menurut Trading Economics, Dolar AS diperkirakan mencapai 109,16 pada akhir kuartal ini dan dalam 12 bulan ke depan, nilainya diproyeksikan naik ke 111,17.

Namun demikian, kenaikan dolar AS mungkin tidak terlalu berimbas terhadap Bitcoin, sebagai akibat interplay rumit antara kebijakan suku bunga. Lihatlah ketika sejak September 2024, indeks dolar terus menanjak, tetapi karena suku bunga dipangkas, imbas positif justru kepada Bitcoin dan kripto lainnya. Dan akan berbeda situasinya, jikalau suku bunga ditahan dan dolar menguat.

Bitcoin: Aset Risiko atau Lindung Nilai?  

Bitcoin sering disebut sebagai "emas digital", tetapi reaksi market menunjukkan bahwa ia masih lebih sering diperlakukan sebagai aset risiko, bukan lindung nilai inflasi.  

Jika Bitcoin benar-benar berfungsi sebagai lindung nilai inflasi, maka seharusnya nilainya naik saat inflasi meningkat. Namun, yang terjadi justru sebaliknya: Bitcoin turun ketika inflasi lebih tinggi dari ekspektasi. Ini menunjukkan bahwa Bitcoin saat ini lebih sering diperdagangkan seperti saham teknologi—yang sensitif terhadap kebijakan moneter—daripada sebagai aset yang bisa melindungi nilai terhadap inflasi.  

Pergerakan harga Bitcoin dalam beberapa tahun terakhir juga menunjukkan korelasi yang tinggi dengan indeks saham seperti Nasdaq dan S&P 500. Ketika market saham jatuh akibat inflasi tinggi dan suku bunga tinggi, Bitcoin pun ikut terseret.  

Analisi Teknikal, Apakah Ini Peluang Akumulasi?  

Dengan harga Bitcoin yang turun drastis, kian menjauh dari rekor US$109 ribu, muncul pertanyaan: apakah ini kesempatan beli atau justru sinyal untuk lebih berhati-hati? Jawabannya bergantung pada bagaimana The Fed akan merespons inflasi yang meningkat.

Jika The Fed tetap agresif dalam kebijakan moneter dan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama, Bitcoin bisa terus berada di bawah tekanan. Namun, jika ada indikasi bahwa suku bunga akan mulai diturunkan lebih cepat dari perkiraan, Bitcoin bisa kembali naik. Atau penantian bisa cukup panjang, karena berdasarkan perkiraan suku bunga baru terpangkas lebih signifikan lagi pada tahun 2026.

Secara teknikal, tekanan terhadap Bitcoin kemungkinan besar akan terus berlangsung. Berdasarkan sinyal dari Indikator TD Sequential, tanda aksi jual sudah terbaca pada 18 November 2024, ketika BTC berada di zona rekor baru di atas US$100 ribu. 

Indikator MACD pun menegaskan pelemahan momentum itu pada 3 Februari 2025, dengan garis MACD menghujam garis sinyal, ketika harga kripto besar itu berada di kisaran US$97 ribu. Histogram pun sudah dua pekan berturun-turun di zona negatif.

Dan ketika artikel ini ditulis, belum ada tanda pembalikan arah di time frame mingguan berdasarkan data dari TD Sequential. Namun pada 9 Februari 2025 pada time frame harian tanda pembalikan sudah muncul, kendati masih cukup lemah dan belum dapat terkonfirmasi. Tanda serupa terakhir terjadi pada 7 Agustus 2024 dan 4 September 2024, masing-masing berkisar US$52 ribu dan US$53 ribu, yang kemudian harga BTC melehit hingga berpuncak di atas US$100 ribu pada 18 Desember 2024.

Saat ini, skenario yang paling mungkin adalah The Fed tetap mempertahankan suku bunga sepanjang 2025 dan hanya memangkasnya sebanyak dua kali berharap inflasi masih dapat diredam hingga turun ke 2,4 persen (November 2025). Ini berarti Bitcoin bisa menghadapi tekanan lebih lama sebelum akhirnya pulih. Namun, bagi investor jangka panjang, koreksi ini bisa dianggap sebagai peluang untuk mengakumulasi aset sebelum tren bullish berikutnya dimulai.  

Kenaikan inflasi AS yang lebih tinggi dari ekspektasi, ditambah dengan kebijakan The Fed yang masih hawkish, menjadi kombinasi yang memicu penurunan tajam di market kripto. Selama dolar tetap kuat dan suku bunga tinggi, Bitcoin kemungkinan akan mengalami tekanan lebih lanjut.  

Namun, bagi yang percaya pada potensi jangka panjang Bitcoin, momen seperti ini bisa menjadi kesempatan untuk membeli di harga lebih rendah sebelum market kembali pulih. Apakah ini awal dari koreksi yang lebih dalam atau sekadar penyesuaian sementara? Semua akan bergantung pada data ekonomi berikutnya dan langkah-langkah The Fed ke depan.

Sebelumnya
CoinEx Hadir di Panel DeFi Scaling di Hack Seasons Conference
Selanjutnya
Cara Ampuh Menggunakan Indikator MACD untuk Trading